Yanti, Diam-diam Merayap

Oleh : Adha Nadjemuddin

Senin siang saat pulang ke rumah, selembar kalender dan panflet tergeletak di meja ruang tamu. Saya kaget, kenapa benda itu bisa masuk ke rumah saya.

“Tadi ada laki-laki yang bawah ke sini. Dia juga wawancarai saya. Banyak yang dia tanya termasuk masalah listrik dan air bersih,” kata istri saya, Widyawati.

Kalender dan panflet itu tertera gambar Hapsa Yanti Ponulele, perempuan kelahiran 1970 yang disebut-sebut calon walikota Palu periode 2010-2015. Wajah di photo itu sama dengan wajah beberapa baliho yang terpajang di ruang-ruang publik kota Palu. Pakai baju putih, jilbab putih, dan senyum khas agak menyamping ke kanan.

Berubah!!! Lebih Terang, Lebih Sehat, Lebih Cerdas. Begitu isi pesan penting dalam kalender dan panflet itu.

Lebih terang, diartikan sebagai solusi krisis listrik. Palu di tangan Yanti diyakini bisa lebih terang. Lebih sehat, diasosiasikan dengan pelayanan air bersih dan pelayanan kesehatan gratis. Sedangkan lebih cerdas, diterjemahkan dalam dunia pendidikan yakni pendidikan gratis, terukur, dan berkualitas.

Tiga “lebih” inilah yang setidaknya menjadi flatform visi Yanti sebagai calon Walikota yang tengah meraih simpati warga dan partai politik.

Yanti Ponulele, diam-diam ternyata terus merayap menyosialisasikan diri. Dia tidak saja menebar senyum dan janji politiknya di ruang publik lewat baliho, tetapi juga masuk hingga ke rumah-rumah warga. Entah nanti masuk ke hati warga atau tidak, itu urusan nanti. Yang penting dikenal dulu.

Seberapa efisien dan besar pengaruh kerja-kerja politik dalam sosialiasi diri Yanti itu, belum ada alat ukur atau hasil survey yang bisa menyimpulkannya. Tapi Yanti melihat, pemilih kota Palu yang sebagian sudah rasional, perlu disentuh dengan pendekatan rasional pula. Dia berani menuliskan janji politiknya secara jelas, melalui sebuah panflet. Ini butuh keberanian untuk melakukannya, sebab panflet itu bisa saja menjadi alat bukti untuk menagih janji politik Yanti jika ia benar terpilih sebagai walikota mendatang. Masyarakat akan dengan mudah menagih janji politiknya, dibanding janji politik saat kampanye.

Wajar Yanti dan tim suksesnya melakukan sosialisasi lebih intens, karena perempuan pentolan pasca sarjana Fakultas Teknik Sipil Unhas itu merupakan pendatang baru di dunia politik kota Palu. Beda dengan Rusdy Mastura, walikota Palu dan mantan Ketua DPD Golkar Kota Palu. Popularitasnya di komunitas masyarakat Palu sudah dikenal luas. Tidak kampanye pun sebulan sebelum Pemilukada digelar Juni mendatang, Rusdy Mastura pun sudah cukup dikenal. Dari berbagai diskusi menyebutkan, kepopuleran Cudi (panggilan Rusdy Mastura) belum tertandingi. Meski Cudi berusaha “menarik” gerbong di belakangnya agar ikut populer, tapi populernya masih di atas dari orang-orang yang telah dipopulerkannya.

Yanti Ponulele, tampaknya harus kerja keras untuk menandingi kepopuleran Cudi. Bicara soal listrik, Cudi sudah membuktikan dengan membangun PLTU. Meski memang belum cukup akibat tingginya kebutuhan listrik, tapi Cudi telah bekerja untuk itu. Makin populerlah Cudi. Saya khawatir, jika tidak ada yang bisa menandingi kepopuleran walikota fenomenal itu, ia bisa saja diusung kembali oleh partainya sebagai calon walikota. Ini sesuatu yang tidak mustahil dalam dunia politik.

Bagaimana denga Yanti? Saat ini keunggulan kompetitif dimiliki Yanti adalah dia satu-satunya perempuan yang selama ini gencar mempublikasikan diri. Yanti, bisa masuk ke ruang-ruang perempuan yang notabene jumlahnya sebanding dengan pemilih lelaki. Malah mungkin lebih besar jumlahnya.

Dari sisi kultural, Yanti menggandeng dua kekuatan politik kultur yakni Bugis dan Kaili. Meski dunia demokrasi tidak ada jaminan politik kultur tersebut bisa mengantar kemenangan, tetapi setidaknya ini memberi pengaruh signifikan. Yanti terlahir dari komunitas Kaili sementara suaminya, menggandeng nama besar dari Sulawesi Selatan. Wakil yang digandengnya nanti juga sangat menentukan arah pemilih. Yanti seorang teknokrat, maka ia bisa memilih wakilnya dari kalangan birokrasi, sebab salah satu tugas wakil adalah mengurus internal birokrasi pemerintah kota.***

Satu respons untuk “Yanti, Diam-diam Merayap

  1. irpan 19 November 2015 / 1:49 pm

    I love you

Tinggalkan Balasan ke irpan Batalkan balasan